Setelah puas berkeliling Lawang Sewu, selanjutnya saya
mengarahkan tujuan ke Sam Poo Kong. Kelenteng yang berdiri megah di kawasan Simongan
ini merupakan salah satu destinasi yang wajib dikunjungi kalau kita sedang berada
di Kota Semarang. Mau tahu mengapa? Selain menjadi tempat ibadah bagi kaum
Tridharma, bangunan ini juga menyimpan banyak bukti sejarah sebagai petilasan
seorang laksamana Tiongkok beragama Islam, Zheng He atau Cheng Ho.
Pernahkah kalian datang ke objek yang sama karena masih
penasaran atau belum puas? Itulah yang saya rasakan saat berkunjung ke Lawang
Sewu, Semarang. Ceritanya, saya datang awalnya pagi hari. Saat itu ramai
pengunjung dan langit pucat pasi. Selang satu hari, saya datang lagi pada malam
hari. Saya berharap menemukan atmosfer yang berbeda, apalagi Lawang Sewu
tersohor akan kisah mistisnya.
Pariwisata sudah
menjadi salah satu sektor yang mengandung magnet untuk dikembangkan. Kini
banyak pihak yang berlomba melambungkan potensi wilayahnya sebagai destinasi
pilihan para penikmat liburan. Mereka menangkap peluang dengan menyulap potensi
alam yang sebelumnya tak terawat menjadi lokasi yang menarik untuk dikunjungi. Sosial
media, terutama Instagram, menjadi etalase yang sangat efektif untuk menyerap
daya tarik.
Salah satu pemantik semangat saya
saat mendatangi wilayah baru adalah bertemu dengan penduduk setempat dan
mengenal adat istiadatnya. Menarik rasanya mengetahui kebiasaan, cara bertutur,
sampai sudut pandang yang berbeda. Itulah mengapa saya antusias ketika
mendatangi Kampung Ende di Desa Sengkol, Kecamatan Pujut, Lombok Tengah. Di
kampung yang berjarak tempuh 20 menit dari Bandara Internasional Lombok ini,
saya berkenalan dengan suku Sasak.
Karena sudah sangat sering berkunjung ke Pantai Kuta di Bali,
saya jadi ingin membandingkannya dengan Pantai Kuta di Lombok yang saya datangi
beberapa waktu lalu. Bukan maksud saya menentukan pantai mana yang lebih indah
ya. Tentu semua kembali ke selera dan suasana saat berkunjung. Hanya, memang
ada beberapa kesamaan dan perbedaan antara dua pantai bernama kembar ini.
Sejak kecil, saya suka seafood.
Olahan berbahan hasil laut ini selalu menggoda selera. Itulah mengapa restoran
atau warung yang menyediakan seafood
menjadi sasaran saya saat kangen dengan cita rasa khas wilayah pesisir
ini. Untungnya, di Bojonegoro yang tak
punya laut ini ada Pawon Seafood Resto. Saya pun tak perlu jauh-jauh ke Tuban
atau Lamongan untuk menikmati beragam kuliner kaya protein dan omega 3 ini.
Rasa penasaran yang terpendam lama itu pun pecah; snorkeling!
Inilah kali pertama saya dan keluarga mencoba sensasi mengagumi pemandangan
bawah laut. Kesempatan itu datang saat menikmati liburan di Gili Trawangan,
Lombok. Oya, beberapa bulan sebelumnya, saya bikin IG story foto akuarium
dengan tulisan asal "anggap aja lagi snorkeling". Eh, akhirnya saya
dapat kesempatan snorkeling beneran.
Sudah lama saya dan keluarga merencanakan Semarang sebagai
destinasi traveling, tapi selalu batal. Ada saja halangan penggagal rencana. Padahal,
Kota Lumpia ini tak terlalu jauh dari Bojonegoro, tempat saya tinggal. Weekend
lalu, pas tak ada kesibukan lain, tanpa ragu saya beli tiket kereta api dadakan
ke ibukota Jawa Tengah ini. Untung masih tersisa beberapa kursi petang itu.