2015 merupakan tahun kedua saya menekuni ketertarikan akan fotografi
dan traveling, kemudian mendokumentasikannya melalui blog ini. Alhamdulillah, sepanjang
2015, Allah menganugerahkan kesempatan untuk saya melangkah lebih jauh, melihat
lebih banyak, dan mendengar lebih luas tentang alam dan isinya ini.
Di penghujung 2015, saya
ingin mengulas kembali sejumlah destinasi yang saya kunjungi sepanjang tahun
ini. Harapan saya, pengalaman saya bermanfaat untuk teman-teman yang ingin
mengunjunginya juga. Tulisan ini adalah bagian pertama rekap 2015 saya, berisi 21
destinasi yang saya datangi di Gresik
dan Yogyakarta. Bagian kedua akan saya publish
minggu depan.
Musim hujan datang
lagi. Ada yang menganggap ini bukan waktu yang tepat untuk liburan karena hujan
bisa datang kapan saja. Itu pula yang saya alami saat mengunjungi Coban Pelangi
di Desa Gubuk Klakah, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang. Hujan menjadi
teman perjalanan sejak berangkat hingga pulang. Namun, mungkin karena niat dan
tekad sudah bulat, saya sama sekali tak ingin mengurungkan rencana.
Setelah berziarah ke makam Sunan Giri dan Sunan Prapen, saya
tergelitik untuk melihat dari dekat situs Giri Kedaton di Dusun Kedaton, Desa
Sidomukti, Kecamatan Kebomas, Kota Gresik. Penasaran, rasanya, seperti apa wujud
peninggalan sejarah itu saat ini. Apalagi, jaraknya tak jauh, hanya sekitar 1
kilometer, dari bukit tempat dimakamkannya Sunan Giri dan
Sunan Prapen.
Dulu setiap kali berziarah ke makam Sunan Giri di Gresik, saya
selalu batal menyempatkan diri berziarah juga ke makam Sunan Prapen. Sepertinya,
umumnya para peziarah Sunan Giri juga tak mengagendakan kunjungan ke makam
Sunan Prapen. Mungkin, itu karena Sunan Prapen tak masuk dalam daftar Wali
Songo. Padahal, letak makam Sunan Prapen hanya beberapa meter dari makam Sunan
Giri. Nah, ketika kembali berziarah ke makam Sunan Giri belum lama ini, saya
pun tak mau menyia-nyiakan kesempatan. Kali ini saya harus melihat dengan mata
kepala sendiri makam yang selama ini hanya saya dengar namanya itu.
Setiap kali melihat serunya foto atau video rafting, saya selalu penasaran seperti
apa rasanya. Saat kesempatan itu datang, saya tak sanggup menahan hasrat ingin
mencoba. Selain outbond, salah satu
kegiatan family gathering sekolah
tempat saya mengajar pertengahan November lalu adalah rafting. Panitia memilih Sungai Kromong di kawasan Pacet, Mojokerto,
sebagai lokasi dengan penyedia jasa Obech Rafting. Saya dan istri pun tak
menyia-nyiakan kesempatan ini.
Selama ini, yang saya tahu, makam Sunan Kalijaga berada di
Kadilangu, Demak, Jawa Tengah. Namun, ternyata di sebuah bukit di Gresik, Jawa Timur, juga
terdapat makam yang oleh warga setempat diyakini sebagai makam Sunan Kalijaga.
Bukit itu bernama Surowiti di Desa Surowiti, Kecamatan Panceng. Jaraknya
sekitar 40 kilometer dari Kota Gresik.
Selain gudeg, salah satu kuliner khas Yogyakarta adalah
wedang uwuh. Minuman yang disajikan saat panas atau hangat dan berbahan herbal
ini dipercaya kaya khasiat. Uniknya, dalam bahasa Jawa, wedang berarti minuman hangat, sedangkan uwuh berarti sampah. Maklum, bahan-bahan untuk meracik minuman ini menyerupai
sampah organik seperti daun-daun dan biji-bijian kering.
Magetan, Jawa Timur, ternyata menjadi salah satu tujuan
banyak wisatawan. Salah satu andalan kabupaten ini adalah Telaga Sarangan atau
yang juga dikenal dengan nama Telaga Pasir. Berada di ketinggian 1.200 meter di
atas permukaan laut, kawasan telaga alami yang diselimuti suhu udara 15 hingga
20 derajat celsius ini kabarnya menarik ratusan ribu pengunjung setiap tahun. Bersama
rombongan guru tempat saya mengajar, 25 Oktober lalu saya berkunjung ke objek
ini.
Berziarah ke
Makam Sunan Giri di Desa Giri, Kecamatan Kebomas, Gresik, memantik memori saya
tentang masa kecil. Saya lupa usia berapa tepatnya, mungkin sekitar 7 tahun,
saya dibawa oleh ayah dan ibu saya berkunjung ke makam salah satu dari Wali
Songo (Wali Sembilan) ini. Saya masih ingat, saat itu, kami naik delman menuju
makam. Saya sangat menikmati kendaraan ini karena bebas melihat pemandangan
sepanjang jalan.
Tiket terusan Mahari Zoo & Goa Lamongan (Mazola) membawa
saya ke Wisata Bahari Lamongan (WBL). Jarak keduanya hanya sekitar 100 meter,
terpisah oleh jalan raya. Tak perlu naik kendaran lagi. Tersedia jembatan
penyeberangan yang menghubungan Mazola dan WBL. Sebelum sampai di loket pemeriksaan
gelang tiket, pengunjung melewati deretan kios oleh-oleh mulai makanan sampai
suvenir.
Siang itu panas cukup terik. Matahari di langit Lamongan
memancarkan sinar panasnya. Namun, itu bukan penghalang bagi puluhan keluarga
untuk menghabiskan sisa liburan Lebaran bersama. Saya pun demikian.
Sebelum terjerat aktivitas pekerjaan, tiga hari terakhir liburan saya
manfaatkan untuk mendatangi kawasan Pantura Lamongan, tepatnya di Kecamatan
Paciran. Di sana terdapat Makam Sunan Drajat, Maharani Zoo & Goa Lamongan
(Mazola), dan Wisata Bahari Lamongan (WBL).
Hari sudah menjelang Maghrib. Pucuk-pucuk pinus berselimut
kabut. Warna putihnya menyembul, berarak, dan menutupi pepohonan. Jarak pandang
kian terbatas dibuatnya. Namun, saya masih ingin mengabadikan pemandangan hutan
pinus di kawasan Coban Talun, Batu, ini. Sebuah pemandangan yang tak bisa saya
jumpai di tempat saya tinggal.
September 2014 adalah bulan bersejarah untuk alamasedy.blogspot.com.
Pada tanggal 6 di bulan itu, saya mulai menulis pengalaman dan kesan saya
setelah traveling di blog saya ini.
Sejak saat itulah, rasanya saya tak ingin berhenti menuangkan kisah saya
setiap pekan di media ini, hingga tanpa terasa tahun 2015 ini siklus bulan
kembali ke September. Iya, itu artinya blog ini telah berusia satu tahun! Alhamdulillah.
Hehe.
Saya sudah dua
kali mengunjungi Coban Talun, pada tahun 2000 dan 2014. Namun, akhir Agustus 2015
lalu, ada tugas mendampingi siswa-siswa untuk mengikuti latihan dasar
kepemimpinan di kawasan wisata yang berlokasi Desa Tulungrejo, Kecamatan
Bumiaji, Kota Batu, ini. Tak mau pulang dengan tangan hampa, sampai di sana saya
pun mencari tahu ada daya tarik apa yang bisa saya lihat selain hutan pinus dan
air terjun yang sudah saya tulis di blog ini sebelumnya. Ternyata, di kawasan
Coban Talun terdapat pusat rehabilitasi lutung Jawa. Saya pun penasaran dan menyempatkan diri mendatanginya.
Pantai berpasir
putih di Tuban? Serius ada? Pertanyaan itulah yang sempat terlintas ketika saya
pertama kali mendengar kabar bahwa kota yang populer dengan minuman khasnya,
tuak, ini memiliki Pantai Remen, pantai berpasir putih. Maklum, pantai-pantai
di Tuban dan sekitarnya umumnya berpasir hitam dan berair keruh. Dan, akhirnya
saya pun menyaksikan dengan mata kepala sendiri hamparan pasir putih di Pantai
Remen akhir Juli lalu.
“Mau tanya, Pak, bukit
kapur Sekapuk sebelah mana ya?” tanya saya kepada seorang bapak di pertokoan
dekat gapura masuk Desa Sekapuk.
Tak menjawab pertanyaan
saya, si bapak dengan wajah tanpa ekspresi malah melontarkan pertanyaan, “Mau
apa Mas ke sana?”
Meski sempat bengong
dengan pertanyaan si bapak, saya lalu menjelaskan tujuan saya dengan kalimat
yang menurut saya paling mudah dimengerti, “Mau lihat pemandangan, Pak.”
“Kalau tempat gali
kapur, ada di sana (menunjuk arah masuk Desa Sekapuk), tapi itu tempat orang
kerja, bukan tempat melihat pemandangan, Mas,” terang si bapak ini sambil
memandang saya lekat-lekat.
Anak-anak Wae Rebo (photo by Wira Nurmansyah) |
Saya seorang guru. Saya suka traveling. Mengapa kedua hal itu
tidak dipadukan? Itulah yang terlintas di benak saya akhir-akhir ini. Ingin
rasanya mengunjungi daerah-daerah di Indonesia yang indah panoramanya ini
sambil membawa sebuah misi. Bertemu anak-anak di sana. Menikmati keindahan alam
bebas sambil bermain dan belajar. Bukankah seru menulis puisi lalu
membacakannya di bawah air terjun? Bukankah menantang bertukar pengalaman di
pantai nan biru? Bukankah menarik menulis cerita di kaki gunung nan sejuk?
Jujur saja, selama ini saya tidak pernah memasuki tempat
ibadah agama selain agama yang saya anut. Menurut saya, tempat ibadah merupakan
kawasan yang sangat dijunjung tinggi kesakralannya sehingga hanya pemeluk agama
itulah yang berhak memasukinya. Namun, anggapan saya itu tak terbukti saat saya
menjejakkan kaki di kawasan Kelenteng Kwan Sing Bio Tuban. Tempat ibadah umat Tri
Darma (Buddha, Tao, dan Konghucu) ini sangat terbuka bagi para pengunjung beragama
lain. Dan, kelenteng ini kini menjadi salah satu destinasi wisata di Kota
Tuban.
Salah besar jika Anda mengira Gua Suci adalah gua yang
dianggap suci. Situs bersejarah peninggalan masa keemasan Majapahit ini dinamai
Gua Suci hanya karena berlokasi di Dusun Suci, Kelurahan Wangun, Kecamatan
Palang, Tuban. Namun, jangan pula beranggapan gua ini biasa-biasa saja. Menurut
saya, gua ini istimewa. Di antaranya, warna dinding gua, pahatan-pahatan kuno, serta
ray of light dari celah atap dan mulut
gua sukses memukau mata saya.
Believe it or not. Di Kabupaten Bojonegoro, terdapat
fenomena geologi alam berupa api yang tak kunjung padam sejak zaman Majapahit.
Namanya Kayangan Api dan kini menjadi salah satu destinasi wisata ikon Kabupaten
Bojonegoro. Objek unik yang berlokasi di Desa Sendangharjo, Kecamatan Ngasem,
ini makin populer sejak digunakan sebagai lokasi pengambilan api Pekan Olahraga
Nasional (PON) XV pada tahun 2000.
Berkali-kali merencanakan kunjungan ke Air Terjun Kedung
Gupit, berkali-kali pula batal. Giliran tanpa rencana, justru saya berkesempatan
mengunjungi objek alam di Bojonegoro ini. April lalu, saya dan tim berkunjung
ke SMPN 2 Gondang untuk sebuah keperluan. Selepas acara itu, kami tanpa pikir
panjang mencuri waktu ke sana. Meski salah kostum karena pakai baju kerja, hunting
dadakan ini tetap berkesan.
Berapa panjang makam yang pernah Anda lihat? Mungkin paling
panjang seukuran tinggi rata-rata manusia ya. Nah, Sabtu 4 Juli lalu saya
sengaja berziarah ke kompleks makam dengan sejumlah makam panjang. Tak
tanggung-tanggung, panjangnya mencapai 9 meter! Kompleks makam yang telah diresmikan
sebagai situs bersejarah dan cagar budaya ini terletak di Desa Leran, Kecamatan
Manyar, Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Nama resminya adalah Makam Siti Fatimah
Binti Maimun, dikenal juga dengan nama Makam Panjang.
Saya selalu
berusaha menemukan sisi baik dari apa pun yang terjadi di depan mata. Itu cara
saya untuk menikmati setiap momen. Salah satunya adalah ketika menyeberangi
Selat Bali, penghubung Pulau Bali dan Pulau Jawa. Beberapa kali saya
menyeberang dari Pelabuhan Gilimanuk, Bali, menuju Pelabuhan Ketapang,
Banyuwangi, dengan kapal feri dan kerap malam hari. Nah, Akhir April lalu, kebetulan
kapal yang saya tumpangi berlayar pada sore hari.
Bagi saya, cuaca dingin memberi sensasi tersendiri saat
berada di sebuah destinasi wisata. Itu
pulalah yang saya rasakan saat berkunjung ke Danau Beratan di kawasan Bedugul,
Desa Candikuning, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, Bali. Jangankan danau
yang dikelilingi bukit berselimut kabut, pemandangan sepanjang perjalanan yang
menanjak dan berliku pun memesona. Maklum, kawasan ini berada di dataran tinggi
Bali. Selain kebun buah, sayur, dan bunga, terdapat juga Kebun Raya Bedugul. Kawasan pegunungan yang kerap diguyur hujan
ini pun menyajikan panorama indah sepanjang perjalanan.
Salah satu cara mengenal sebuah daerah adalah melalui museumnya. Nah, jika Anda ingin mengenal sejarah Bali, datang saja ke Museum Bajra Sandhi. Museum yang juga dikenal dengan nama Monumen Perjuangan Rakyat Bali ini berdiri megah di tengah Lapangan Renon, Jalan Raya Puputan, Denpasar Timur, Denpasar. Selain hari libur nasional, Museum Bajra Sandhi dibuka setiap hari. Pada Senin-Jumat, museum dibuka pukul 08.30-17.00 WITA. Sedangkan pada Sabtu-Minggu, pengunjung bisa masuk mulai pukul 09.30-17.00 WITA.
Siang itu, setelah diguyur hujan di Pantai Pandawa, saya
sempat pesimistis akan mendapatkan cuaca cerah di Pura Luhur Uluwatu. Apalagi, perjalanan
menuju pura tersohor di Desa Pecatu, Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung, Bali, ini
hanya memakan waktu sekitar 30 menit dari Pantai Pandawa. Namun, ternyata kenyataan berkata lain. Turun
dari kendaraan, saya disambut cuaca cerah. Saya pun tak mau menunggu lama untuk
menengok pura di tebing tinggi dengan view
laut lepas ini.
..................
Sejak saat
itu hatiku tak mampu
membayangkan rasa
di antara kita
di pasir
putih kau genggam jemari tanganku
menatap
mentari yang tenggelam
Semua berlalu
di balik khayalku
kenangan yang
indah berdua denganmu
di Kuta Bali
kau peluk erat tubuhku
di Kuta Bali
cinta kita
Bersemi dan
entah kapan kembali
mewangi dan
tetap akan mewangi
bersama rinduku
walau kita jauh
kasih, suatu
saat di Kuta Bali
..................
Pantai Pandawa merupakan salah satu bukti keberhasilan Bali mengelola potensi alam menjadi objek wisata yang mengandung magnet besar untuk menarik wisatawan. Berawal dari sebuah pantai indah nan sulit dijangkau, dibangunlah jalan akses menuju pantai dengan cara membelah bukit kapur. Hasilnya, Pantai Pandawa kini menjadi salah satu destinasi yang populer. Namanya pun melambung, sejajar dengan pantai-pantai lain di Bali yang telah tenar lebih dulu seperti Kuta atau Dreamland.
Selain keindahan alam, Bali punya beragam pesona budaya. Salah satunya adalah Tari Barong. Saya menyaksikannya bersama murid-murid saya akhir April 2015. Kami memilih pementasan Tari Barong Sekehe Barong Sila Budaya di Puri Anom, Batubulan, Gianyar. Pertunjukan dimulai pukul 09.30 dan berakhir pukul 10.30. Kami datang lebih pagi agar bisa memilih tempat duduk di deretan paling depan. Benar saja, kalau datang mendekati waktu pementasan, pengunjung harus rela duduk di deretan belakang dalam sanggar berkapasitas sekitar 300 penonton ini.
Wisatawan yang mengunjungi Bali,
sepertinya, tidak akan melewatkan Tanah Lot. Destinasi ini memang sangat
populer dengan pura yang berdiri kokoh di atas batu karang besar di tengah
pantai. Objek yang terletak di Desa Beraban, Kecamatan Kediri, Kabupaten
Tabanan, ini bahkan mungkin sudah
dianggap terlalu mainstream bagi
banyak wisatawan. Namun, tahukah Anda bahwa Tanah Lot punya sisi lain yang
mungkin tak sempat dinikmati pengunjungnya?
Mau main air aman untuk segala
usia? Gua Pindul tempatnya. Pengunjung dari anak-anak hingga kakek-nenek bisa
berbasah-basah seru di sini. Mereka bisa menyusuri sungai dalam gua tanpa perlu
rasa takut. Sebab, sungai ini tak terlalu dalam dan berarus sangat tenang. Jasa
pemandu dan peralatan keamanan yang
memadai menambah jaminan rasa aman.
Yogyakarta kembali memanggil saya untuk datang. Kali ini kesempatan berkunjung ke sana dalam rangka family gathering sekolah tempat saya mengajar, 31 Januari-1 Februari 2015. Tak banyak lokasi yang kami kunjungi, hanya Pantai Baron, Gua Pindul, dan Malioboro. Pantai Baron akan saya ulas di edisi kali ini.
Bukit Jamur. Sejak sekitar empat
bulan lalu, nama bukit di Desa Bungah, Kecamatan Bungah, Kabupaten Gresik, Jawa
Timur, ini melambung setelah foto-fotonya tersebar di media sosial. Foto-foto
itu mengundang pengunjung dari beberapa kota untuk datang dan menyaksikan dengan
mata kepala sendiri keunikannya. Mereka yang tinggal di dekat dengan objek ini
pun baru tersadar bahwa ada fenomena alam yang unik di sekitar mereka. Dan,
jadilah Bukit Jamur sebagai lokasi wisata dadakan dengan jumlah pengunjung yang
tidak bisa dibilang sedikit.
Sore itu cuaca galau alias labil.
Beberapa menit hujan, kemudian cerah, kemudian gerimis, lalu cerah lagi. Hujan
turun saat saya dan kawan-kawan tiba di pelataran parkir Candi Ijo di Dusun
Groyokan, Desa Sambirejo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Untungnya,
tak lama kemudian hujan reda. Kami pun bergegas menaiki anak tangga menuju
candi bercorak Hindu ini. Dan, terasa istimewa, kami disambut pelangi.
http://travelbloggersindonesia.com/ |
Bukan objek wisata, tetapi ramai pengunjung. Inilah lokasi yang
saya datangi 2 Januari 2015 lalu. Sebuah bukit kapur di Desa Sambirejo,
Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Tujuan saya sebetulnya
adalah Candi Ijo di kawasan yang sama. Namun, saya dengar, beberapa meter
sebelum Candi Ijo, terdapat sebuah bukit kapur yang menarik untuk dikunjungi.
Masih di
hari ketiga trip saya di Yogyakarta, 2 Januari 2015, destinasi berikutnya adalah
Pantai Drini. Tidak sulit menemukan pantai ini. Letaknya sangat dekat dengan
perkampungan penduduk di Desa Banjarejo, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Gunungkidul,
yang rata-rata berprofesi sebagai nelayan. Seperti lokasi sebelumnya yang saya
datangi, Pantai Ngandong, saya tak perlu membayar tiket masuk lagi, cukup
ongkos parkir.
Love at the first
sight! Tidak berlebihan jika itulah yang saya rasakan saat pertama kali
melihat Pantai Ngandong. Garis pantai, pasir, gradasi warna air, ombak, dan
bebatuan karangnya membuat saya berdecak kagum. Tanpa sadar, saya menghabiskan
banyak waktu untuk meng-explore
setiap sisi pantai yang masih terjaga kebersihannya ini.
Hari ketiga di Yogyakarta, 2
Januari 2015, saya menjelajahi Gunungkidul. Sudah lama saya dengar salah satu
kabupaten di Provinsi DIY itu memiliki banyak destinasi cantik, mulai air
terjun, pantai, gua, dan perbukitan. Dengan bantuan dua kawan saya di
Yogyakarta, Dede Sunarya dan Ryo Rebi, saya menyusun rute mulai air terjun, pantai, hingga candi. Lokasi pertama yang
kami kunjungi adalah Air Terjun Sri Gethuk. Objek yang juga dikenal dengan nama
Air Terjun Slempret dan Air Terjun Sompret ini terletak di Dusun Menggoran,
Desa Bleberan, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul.
Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta memang benar-benar daerah istimewa. Bukan hanya potensi wisata yang
bertebaran di lima kabupatennya. Tak jarang lokasi wisata itu berdekatan. Pantai
Parangtritis di Kabupaten Bantul, misalnya, berdekatan dengan Bukit
Parangendog, Pantai Parangkusumo, Pantai Depok, dan Gumuk Pasir. Saat ada
kesempatan ke Bantul, saya pun ingin membunuh rasa penasaran dengan mengunjungi
objek-objek tersebut.
Berfoto di tempat ekstrem,
rupanya, kini menjadi trend di media sosial. Lihat saja, banyak yang gemar berfoto
di ujung tebing, di tepi kawah, di bibir jurang, atau di atas pohon. Yang
jelas, semua berhubungan dengan ketinggian. Nah, kalau Anda ingin uji nyali
seperti itu, datanglah ke Bukit Parangendog, Yogyakarta. Saya, istri, dan kawan
kami, Dede Sunarya, sudah mencobanya persis di hari pertama tahun 2015.
Hari kedua saya di Yogyakarta tepat di hari pertama tahun
2015. Pagi yang cerah tak saya sia-siakan. Ada beberapa destinasi yang saya
ingin kunjungi hari itu. Dengan motor sewaan (Mas Toro 085726153456), saya dan
istri meluncur dari penginapan di kawasan Jl Malioboro menuju objek pertama, Gunung
Merapi. Jalanan yang sepi lancar membuat kami menikmati perjalanan menuju
kawasan Kaliurang. Di Kaliurang km 13, kawan kami, Dede Sunarya, sudah
menunggu. Setelah bertemu, kami pun tancap gas menuju Tlogo Putri Kaliurang,
tempat start lava tour Gunung Merapi.
Jika Anda tertarik dengan situs bersejarah dan sedang berkunjung
ke Yogyakarta, jangan lewatkan Taman Sari. Sebab, Taman Sari kabarnya telah
dinobatkan sebagai cagar budaya ke-19 di dunia. Taman Sari terletak tak jauh
dari Keraton Yogyakarta. Saya hanya membutuhkan waktu sekitar 8 menit naik
becak. Sebenarnya, jalan kaki juga bisa, tetapi kaki saya waktu itu sudah agak berat
dipakai jalan setelah menjelajahi Museum Benteng Vredeburg dan KeratonYogyakarta, di hari pertama trip Yogyakarta, 31 Desember 2014.
Setelah puas mengitari Museum Benteng Vredeburg, tujuan saya
berikutnya adalah Keraton Yogyakarta. Cukup berjalan kaki sekitar 10 menit, saya
sudah sampai di pusat peradaban Yogyakarta yang dibangun pada tahun 1775 oleh
Sri Sultan Hamengku Buwono I ini. Sebenarnya banyak bapak pengayuh becak yang
menawarkan jasa dengan tarif Rp 10-5 ribu. Namun, kaki saya masih kuat untuk
jalan. Hehehe. Selain itu, di sepanjang perjalanan saya bisa melihat lebih detail
ikon Yogyakarta lainnya, misalnya Istana Kepresidean Yogyakarta (Gedung Agung),
tugu batik, titik nol kilometer di sekitar Kantor Pos Besar Yogyakarta, monumen
berbentuk hati yang mulai ramai dengan gembok cinta, dan museum kereta.
Libur akhir dan awal tahun lalu saya agak nekat berangkat ke
Yogyakarta. Mengapa agak nekat? Ya, benar, pasti semua objek wisata sedang
padat pengunjung dan hujan bisa turun kapan saja. Tetapi, karena hari libur
saya memang waktu itu, ya sudahlah, saya berangkat dengan berdoa semoga semua
berjalan seperti yang diharapkan. Saya tiba di Kota Gudeg Selasa malam, 30 Desember
2014, dan pulang Sabtu, 3 Januari 2015. Sejumlah destinasi saya kunjungi dan
saya tulis di blog ini satu per satu. Semoga bermanfaat.