MELIHAT DARI DEKAT KAWAH IJEN

16:27:00





Siapa yang tak pernah mendengar kebesaran nama Kawah Ijen atau Ijen Crater? Akhirnya, aku berada di tempat ini! Itu rasanya seperti berhasil mengalahkan diri sendiri. Maklum, perjuangan menuju puncak gunung yang terletak di perbatasan Bondowoso-Banyuwangi ini bukan hal kecil untuk aku yang baru dua kali ini naik gunung. Hehe.

Jadi, ceritanya aku dan istri dapat undangan dari teman kuliah dulu yang tinggal di Bondowoso, Rizal dan Yanti. Mereka punya niat mendaki Gunung Ijen bersama dua  buah hatinya, Ikhwan (kelas 7 SMP) dan Dina (kelas 5 SD), serta mengajak kami bergabung. Aku sempat bertanya dua kali ke Yanti, serius bawa anak-anak ke Gunung Ijen? Aman? Dengan tegas, Rizal dan Yanti yang sudah beberapa kali mendaki Gunung Ijen menjawab, “insya Allah aman.”

Sabtu, 25 Oktober 2014, sekitar pukul 00.30 dinihari kami berangkat dari Kota Bondowoso dengan rute Wonosari-Tapen-Sempol. Kami harus melewati tiga pos untuk lapor sebelum sampai di Pos Paltuding sekitar pukul 02.00. Setelah membeli beberapa keperluan, kami siap menapaki jalan menuju puncak Gunung Ijen dengan jarak tempuh sekitar 3 km.

Kami berenam mendaki dengan bantuan dua senter lantaran sama sekali tidak ada lampu penerangan. Karena saat itu bau asap pohon-pohon yang terbakar cukup menyengat, kami tak lupa memakai masker. Jalan berpasir memaksa kami berjalan agak lambat. Suhu udara yang sebenarnya dingin, bagi aku, tak terlalu terasa karena badan agak gerah. Hehehe. 

Panorama sepanjang perjalanan
Makin jauh, tanjakan membuat langkah semakin berat. Sebagian besar jalur dengan kemiringan 25-35 derajad. Beberapa kali kami beristirahat karena lumayan lelah. Hehehe. Bahkan, kami terpaksa berpisah. Aku dan Ikhwan yang ingin melihat blue fire jalan lebih dulu. Sedangkan Rizal dan Yanti menemani Dina dan istriku yang harus lebih sering istirahat.

Sunrise di Pegunungan Ijen
Pemandangan menjelang puncak Gunung Ijen
Setelah mendaki sekitar 2 kilometer, kami beristirahat sebentar di Pondok Bundar. Selanjutnya, jalanan relatif agak landai. Dan, kami disambut langit sunrise dengan view deretan pegunungan yang begitu indah. Karena sampai di puncak Subuh, kami gagal menyaksikan blue fire. Namun, aku tak terlalu kecewa karena pemandangan di puncak Gunung Ijen pun sudah sangat memukau. 

Panorama puncak Gunung Ijen
View dari Gunung Ijen
Sambil menanti rombongan Rizal, aku dan Ikhwan menikmati udara sejuk berkabut di puncak gunung dengan ketinggian 2.368 meter di atas permukaan laut ini. Tak lama kemudian, rombongan Rizal datang. Namun, Kawah Ijen masih tertutup asap dan kabut. Kami merayakan keberhasilan mencapai puncak Gunung Ijen dengan berfoto-foto, makan roti, dan minum minuman hangat yang disiapkan Yanti.
Penambang belerang
Penambang belerang
Setelah kabut mulai memudar, aku yang penasaran akhirnya turun ke Kawah Ijen. Sendiri. Hehehe. Untung, ada penambang belerang baik hati bernama Pak Syukron yang bersedia menjadi pemandu. Kami menuruni jalan berbatu terjal sejauh 300 meter. Dengan sabar, beliau menjawab pertanyaan-pertanyaanku seputar Kawah Ijen dan sesekali menjadi juru fotoku. Hehehe. Karena banyak hal menarik yang aku dapat dari beliau, kisah penambang belerang akan aku ceritakan di postingan berikutnya.
Kawah Ijen
Kawah Ijen dari dekat
Memang, pengunjung yang ingin turun ke kawah harus ditemani pemandu. Itu untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan. Jika ada musibah yang menimpa pengunjung, Kawah Ijen bisa ditutup dan para penambang belerang itu pun terancam kehilangan mata pencaharian. 

Panorama Kawah Ijen
Begitu sampai di dasar kawah, aku tak henti-hentinya berdecak kagum. Aku berada begitu dekat dengan bibir kawah berwarna tosca itu. Tak hanya itu. Aku juga bisa menyaksikan dari dekat aktivitas penambangan belerang. Memang, asap belerang yang tertiup angin kadang menuju ke arahku dan menyebabkan mata pedih berair.  Namun, itu tak menyurutkan niatku untuk mengabadikan kesempatan langka ini.

Kawah Ijen dari dekat
Akhirnya, aku berada di sini!
Kawah Ijen berbentuk danau kawah yang bersifat asam dan dikelilingi kaldera. Ukuran kaldera sekitar 20 kilometer. Ukuran kawahnya sendiri sekitar 960 meter x 600 meter dengan kedalaman 200 meter.  Asap putih kekuningan yang mengepul dari salah satu sisi kawah membubung tinggi ke udara, menjadikannya kontras dengan lingkungan sekitarnya yang berwarna hijau tosca.

Puncak Gunung Ijen
Pegunungan Ijen di siang hari
Jalan setapak menuju Puncak Gunung Ijen
Setelah puas mengabadikan semua sisi keindahan Kawah Ijen, aku memutuskan kembali ke puncak. Meski napas sempat tersengal-sengal, perasaan senang membuat perjalanan terasa ringan. Aku pun merasa beruntung bisa berada di tempat seindah ini. Sungguh pengalaman berharga dengan segala perjuangannya. Terima kasih, Rizal dan Yanti. Salam kangen untuk Ikhwan dan Dina yaa. (*)

You Might Also Like

6 comments

  1. bagus banget pak Edy....
    tempatnya baguuuus, hasil fotonya juga buwaguuuuuus......
    good job!!!!
    :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ini Yunus ya? Makasiiiii. Ayo, kapan2 hunting bareng. Hehehe.

      Delete
  2. Bagaimana dengan akses jalannya Mas kalau ditempuh melalui bondowoso, apakah bisa dilalui dengan mobil sedan atau harus dengan mobil jeep.
    Mohon informasinya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya waktu itu pakai Kijang, Mas Tri Wibowo. Ga harus Jeep, cuma sedan mungkin akan agak kesulitan karena ada beberapa kilometer jalan di kawasan Sempol yg rusak cukup parah.

      Delete
  3. keindahan alam ,kekentalan budaya dan tradisi menjadi hal yang selalu dilirik oleh turis lokal maupun internasional serta keramahan penduduk lokalnya yang mahir dengan Bahasa Inggris karena perhatian pemerintah untuk memberikan Kursus Bahasa Inggris agar penduduk dapat memandu turis asing yang datang berliburan ke areal objek pariwisata membuat indonesia semakin ramah untuk pariwisata

    ReplyDelete
  4. Luar biasa Pak Edy. Semangat berwisata dan menulis

    ReplyDelete