Manusia memang tak pernah puas. Ditakdirkan mampu berjalan
saja tak cukup bagi makhluk Tuhan yang dikaruniai paket lengkap akal dan nafsu
ini. Manusia ingin bisa berenang seperti angsa, menyelam seperti ikan, dan
terbang seperti burung. Dengan akalnya, manusia pun berusaha memenuhi nafsunya.
Beragam alat dan cara ditemukan untuk berenang, menyelam, dan terbang. Salah
satu penemuan manusia untuk terbang adalah paralayang. Jika ingin mencoba,
datang saja ke Gunung Banyak di kawasan Kota Batu.
Salah satu daerah bersuhu dingin di Jawa Timur adalah Kota
Batu. Tak pernah bosan rasanya menjelajahi kota yang dulu menjadi bagian dari
Kabupaten Malang ini. Akhir tahun lalu, saya sengaja mendatangi sejumlah
destinasi di Batu. Taman Labirin Coban Rondo mengawali tulisan saya tentang
Batu. Dengan perlengkapan traveling koleksi Eiger di Zalora, jalan-jalan terasa
lebih nyaman.
Gua Tetes merupakan salah satu lokasi wisata yang telah lama
dikelola oleh warga Desa Sidomulyo, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang. Namun,
seiring melambungnya nama Coban Sewu yang menarik banyak pengunjung, Gua Tetes
kini kembali bergairah. Maklum, Gua Tetes berdekatan dengan Coban Sewu. Pengunjung
dari arah Lumajang akan melewati Gua Tetes dan Air Terjun Telaga Biru sebelum
menikmati Coban Sewu. Sedangkan pengunjung dari Malang, bisa menjelajahi Air
Terjun Telaga Biru dan Gua Tetes setelah membuktikan keindahan Coban Sewu.
Selepas merasakan sensasi megah dan indahnya Coban Sewu, saya
dan istri tak mau menyia-nyiakan kesempatan. Kami telah menggadaikan nyali
untuk turun tebing melalui tangga bambu yang lumayan ngeri-ngeri sedap. Begitu sudah
sampai dasar tebing, sayang kalau langsung kembali. Kami sepakat mendatangi dua
air terjun berikutnya di dasar tebing itu, yaitu Air Terjun Telaga Biru dan Air
Terjun Gua Tetes.
Sejak foto dan video Coban Sewu tersebar di media satu tahun
lalu, sejak itu pula hasrat saya seolah tak terbendung untuk datang dan menyaksikan
sendiri keindahannya. Sebab, menurut saya, air terjun yang juga dikenal dengan nama
Tumpak Sewu ini istimewa, tak seperti air terjun-air terjun lain yang pernah
saya datangi. Alhamdulillah, kesempatan itu datang di penghujung Desember 2015.
Meski tersiar kabar medan menuju Coban Sewu sangat ekstrem, saya yang hanya
berdua dengan istri sama sekali tak ragu.
Di penghujung 2015,
saya mengulas kembali sejumlah destinasi yang saya kunjungi sepanjang tahun
ini. Harapan saya, pengalaman saya bermanfaat untuk teman-teman yang ingin
mengunjunginya juga. Tulisan ini adalah bagian kedua rekap 2015 saya, berisi 22
destinasi di Bali, Bojonegoro, Tuban, Lamongan, Batu, Malang, Mojokerto, dan Magetan.
Bagian pertama telah saya publish
minggu lalu.
2015 merupakan tahun kedua saya menekuni ketertarikan akan fotografi
dan traveling, kemudian mendokumentasikannya melalui blog ini. Alhamdulillah, sepanjang
2015, Allah menganugerahkan kesempatan untuk saya melangkah lebih jauh, melihat
lebih banyak, dan mendengar lebih luas tentang alam dan isinya ini.
Di penghujung 2015, saya
ingin mengulas kembali sejumlah destinasi yang saya kunjungi sepanjang tahun
ini. Harapan saya, pengalaman saya bermanfaat untuk teman-teman yang ingin
mengunjunginya juga. Tulisan ini adalah bagian pertama rekap 2015 saya, berisi 21
destinasi yang saya datangi di Gresik
dan Yogyakarta. Bagian kedua akan saya publish
minggu depan.
Musim hujan datang
lagi. Ada yang menganggap ini bukan waktu yang tepat untuk liburan karena hujan
bisa datang kapan saja. Itu pula yang saya alami saat mengunjungi Coban Pelangi
di Desa Gubuk Klakah, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang. Hujan menjadi
teman perjalanan sejak berangkat hingga pulang. Namun, mungkin karena niat dan
tekad sudah bulat, saya sama sekali tak ingin mengurungkan rencana.
Setelah berziarah ke makam Sunan Giri dan Sunan Prapen, saya
tergelitik untuk melihat dari dekat situs Giri Kedaton di Dusun Kedaton, Desa
Sidomukti, Kecamatan Kebomas, Kota Gresik. Penasaran, rasanya, seperti apa wujud
peninggalan sejarah itu saat ini. Apalagi, jaraknya tak jauh, hanya sekitar 1
kilometer, dari bukit tempat dimakamkannya Sunan Giri dan
Sunan Prapen.
Dulu setiap kali berziarah ke makam Sunan Giri di Gresik, saya
selalu batal menyempatkan diri berziarah juga ke makam Sunan Prapen. Sepertinya,
umumnya para peziarah Sunan Giri juga tak mengagendakan kunjungan ke makam
Sunan Prapen. Mungkin, itu karena Sunan Prapen tak masuk dalam daftar Wali
Songo. Padahal, letak makam Sunan Prapen hanya beberapa meter dari makam Sunan
Giri. Nah, ketika kembali berziarah ke makam Sunan Giri belum lama ini, saya
pun tak mau menyia-nyiakan kesempatan. Kali ini saya harus melihat dengan mata
kepala sendiri makam yang selama ini hanya saya dengar namanya itu.