Selama pelatihan di LPMP Mataram, setiap
hari sesi berakhir pukul 17.00. Namun, adzan Magrib di sana berkumandang pukul 20.00.
Itu artinya saya punya waktu sekitar dua jam untuk mengenal sudut-sudut kota
ini. Salah satunya berburu sunset di Pantai Ampenan yang hanya berjarak
tempuh sekitar 15 menit dari lokasi pelatihan. Saya yang semula hendak memakai
jasa kendaraan online mendapat keberuntungan karena Pak Yusran, guru
SMAN 1 Pemenang, Lombok Utara, bersedia mengantar.
“Kalau ke Lombok, jangan sampai
melewatkan Bukit Merese. Sunset di sana kece banget!” kata seorang kawan
guru yang tinggal di Lombok.
Saran itu entah mengapa selalu
terngiang sampai saya berkesempatan menginjakkan kaki di pulau ini. Selepas
merasakan ketenangan Pantai Mawun, kami pun bergegas menuju Bukit Merese di
kawasan Kecamatan Pujut, Lombok Tengah. Berbekal info dari warga lokal, kami
menemukan sebuah jalan pintas di antara ladang
jagung. Terdapat papan nama Bukit Merese di mulut gang.
Belum habis rasa terpukau akan keindahan Selong Belanak, kami melanjutkan perjalanan ke destinasi berikutnya. Saya sengaja meminta Pak Yusran, rekan guru yang bertugas di SMA Negeri 1 Pemenang, Lombok Utara, untuk memilih pantai terdekat yang tak kalah indah. Beliau menyebut Pantai Mawun. Tanpa berusaha mencari infonya di Google, saya dan Bu Endah, guru SMKN 1 Jombang, Jawa Timur, sepakat karena percaya Pak Yusran tak akan salah pilih.
Bertemu kawanan kerbau di sawah atau rawa-rawa, itu sih biasa. Bertemu gerombolan kerbau di pantai, itu baru luar biasa. Pemandangan unik ini dapat kita saksikan kalau berkunjung ke Pantai Selong Belanak di Kecamatan Praya Barat, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB). Hewan-hewan ternak ini diarak menyusuri pantai seolah menyapa para pengunjung yang berjemur, bermain pasir, atau bersiap-siap untuk berselancar.
Salah satu pemantik semangat saya
saat mendatangi wilayah baru adalah bertemu dengan penduduk setempat dan
mengenal adat istiadatnya. Menarik rasanya mengetahui kebiasaan, cara bertutur,
sampai sudut pandang yang berbeda. Itulah mengapa saya antusias ketika
mendatangi Kampung Ende di Desa Sengkol, Kecamatan Pujut, Lombok Tengah. Di
kampung yang berjarak tempuh 20 menit dari Bandara Internasional Lombok ini,
saya berkenalan dengan suku Sasak.
Karena sudah sangat sering berkunjung ke Pantai Kuta di Bali,
saya jadi ingin membandingkannya dengan Pantai Kuta di Lombok yang saya datangi
beberapa waktu lalu. Bukan maksud saya menentukan pantai mana yang lebih indah
ya. Tentu semua kembali ke selera dan suasana saat berkunjung. Hanya, memang
ada beberapa kesamaan dan perbedaan antara dua pantai bernama kembar ini.
Rasa penasaran yang terpendam lama itu pun pecah; snorkeling!
Inilah kali pertama saya dan keluarga mencoba sensasi mengagumi pemandangan
bawah laut. Kesempatan itu datang saat menikmati liburan di Gili Trawangan,
Lombok. Oya, beberapa bulan sebelumnya, saya bikin IG story foto akuarium
dengan tulisan asal "anggap aja lagi snorkeling". Eh, akhirnya saya
dapat kesempatan snorkeling beneran.