MASIH ADAKAH HANTU DI LAWANG SEWU?

17:03:00



Pernahkah kalian datang ke objek yang sama karena masih penasaran atau belum puas? Itulah yang saya rasakan saat berkunjung ke Lawang Sewu, Semarang. Ceritanya, saya datang awalnya pagi hari. Saat itu ramai pengunjung dan langit pucat pasi. Selang satu hari, saya datang lagi pada malam hari. Saya berharap menemukan atmosfer yang berbeda, apalagi Lawang Sewu tersohor akan kisah mistisnya. 


Untungnya, saat itu saya punya waktu dua hari di Semarang. Lebih seru lagi, Lawang Sewu berlokasi tak jauh dari tempat saya menginap, Ibis Budget Semarang. Dengan taksi daring, saya hanya butuh waktu sekitar 5 menit untuk sampai di bangunan tua yang berlokasi di sisi timur Tugu Muda Semarang ini. Kunjungan pertama saya sekitar pukul 10.00. Setelah saya beli tiket masuk, seorang bapak mendekat dan menyapa ramah. “Mau saya pandu, Mas?”

Tak kalah ramah, saya membalas, “Terima kasih, Bapak. Saya jalan sendiri saja.” Bukan saya tak menghargai si bapak pemandu. Saya hanya ingin menemukan dan merasakan sendiri suasana bangunan yang pernah bertahun-tahun mangkrak tak berpenghuni ini. Namun, karena penasaran, saat melewati pintu pemeriksaan tiket, saya bertanya ke petugas tentang tarif jasa pemandu. Kata petugas, umumnya pengunjung memberikan Rp 50 ribu untuk jasa didampingi berkeliling kompleks ini selama sekitar satu jam.

Destinasi wajib di Semarang
Dipotret dari Tugu Muda Semarang
Moto ini nunggu lampu merah biar sepi kendaraan

Yang ada di pikiran saya waktu itu, kita dapat bertanya ke petugas seputar alur kunjungan supaya tak ada bagian bangunan yang terlewat. Kita juga bisa mencuri-curi dengar penjelasan pemandu saat menemani tamu lain. Saya pun menyusuri satu demi satu bagian bangunan bekas kantor perusahaan kereta api swasta pada masa pemerintahan Hindia-Belanda ini. Sesekali saya berjalan sendiri. Tak jarang saya merapat ke rombongan tamu yang didampingi pemandu.

Bangunan ini bernama asli Het Hoofdkantoor Van de Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatscappij. Perusahaan inilah yang pertama kali membangun jalur kereta api di Indonesia, menghubungkan Semarang dengan Vorstenlanden (Surakarta dan Yogyakarta) dengan rute pertamanya, jalur Semarang Tanggung. Sesaat setelah kemerdekaan RI, Lawang Sewu digunakan sebagai kantor Perusahaan Kereta Api, kemudian militer mengambil alih gedung ini. 

Arsitektur kolonial
Lantainya masih asli lho
Kerap jadi lokasi foto prewedding

Namun, sekarang Lawang Sewu telah kembali ke tangan PT KAI. Bangunan tua ini sempat dipugar lalu dikelola sebagai museum pada tahun 2011. Wisatawan bisa berkunjung mulai pukul 07.00 pagi sampai 09.00 malam. Harga tiket pada akhir pekan dan hari kerja tak berbeda, Rp 10 ribu untuk dewasa dan Rp 5 ribu untuk anak-anak dan pelajar. Koleksinya sangat lengkap, berkaitan dengan perkeretaapian di Indonesia. Di sini juga terdapat foto dan video proses pembangunan hingga rehab Lawang Sewu dari masa ke masa. 

Lawang Sewu memang berarti “Pintu Seribu”. Namun, banyak yang salah duga. Sewu itu ternyata hanya simbol untuk bangunan yang memiliki sangat banyak pintu ini. Jumlah sebenarnya diperkirakan 429 pintu. Begitulah orang Jawa, sesuatu yang jumlahnya sangat banyak kerap disebut “sewu” macam Coban Sewu dan Grojogan Sewu. Sebagian pintu merupakan jalan keluar-masuk area ruangan. Sebagian pintu lainnya adalah perantara antarruangan. 

Kaca patri jadi pusat perhatian
Akses ke lantai dua ditutup
Dindingnya tebal dan kokoh

Memasuki satu demi satu bagian gedung ini seakan dibawa ke masa lampau karena atmosfer waktu lampaunya sungguh kuat. Arsitektur kolonial dengan atap yang sangat tinggi memberi udara yang yang cukup segar untuk pengunjung di dalam ruangan. Banyaknya jendela dan pintu juga memaksimalkan pencahayaan di dalam ruangan pada siang hari. Oya, material bangunan ini pada masa itu didatangkan langsung dari Belanda dan Italia. 

Bangunan utama (gedung A) Lawang Sewu terdiri atas tiga lantai dengan dua sayap membentang di bagian kanan dan kiri. Sayangnya, saat ini pengunjung umum hanya boleh menjelajahi lantai satu. Akses menuju lantai dua dan tiga ditutup dengan alasan kelestarian bangunan. Kabarnya, untuk kepentingan khusus seperti prewedding, pengunjung boleh naik dengan izin dan tarif khusus. Yang menarik di tangga utama gedung ini adalah kaca patri jendela yang lebar dan tinggi berhias gambar dua perempuan Belanda.

Saat petang, gedung tampak makin indah
Harusnya bawa tripod biar foto makin cetar
Dari sisi mana pun, Lawang Sewu tampak megah

Sedangkan yang paling menyedot pengunjung di gedung B adalah ruang bawah tanah. Area itu konon dahulu merupakan tempat menyekap tawanan. Pengunjung nekat juga gemar uji nyali di sini. Namun, kini pengunjung sudah tak diperbolehkan masuk. Saya sempat mengintip dari pintu lorongnya yang dibiarkan terbuka. Tangga turun telah dilepas. Yang tampak adalah ruang gelap dan pengap. Sebagai obat kecewa, di gedung B kita bisa naik ke lantai dua dan tiga. Coba juga sensasi naik ke loteng. 

Kunjungan saya siang itu berakhir di gedung C. Di sini terdapat benda-benda peninggalan Belanda. Ditayangkan juga film dokumenter di salah satu ruangan yang saat itu sepi pengunjung. Entah mengapa, jadi merinding sendiri berlama-lama di sini. Segera saya keluar gedung dan duduk di bawah sebuah pohon rindang. Minum air putih, merasakan embusan angin, dan menikmati musik yang dimainkan sekelompok musisi. 


Banyak galeri sketsa dan foto
Film dokumenter diputar di beberapa ruang

Kunjungan berikutnya, saya tiba di Lawang Sewu sekitar pukul 17.00. Saya mengulang kembali rute yang saya lewati pada kunjungan pertama hanya untuk melihat dengan mata kepala sendiri perbedaannya pada petang hari. Setelah salat Magrib di salah satu ruang gedung B yang difungsikan sebagai musala, saya tak menyia-nyiakan waktu. Blue hour memberi kejutan bagi saya. Lawang Sewu senja itu tampak lebih megah dengan langit biru dan lampu-lampu gedung yang mulai berpendar. 

Sudah malam, saatnya pulang
Lawang Sewu bukan rumah hantu

Lalu, bagaimana dengan hantu-hantu yang dikisahkan kerap muncul? Petugas-petugas yang saya tanya mengaku tak mendengar cerita atau melihatnya lagi. “Itu mungkin dulu, Mas, waktu gedung ini masih tidak terurus. Namanya bangunan tidak berpenghuni dan bertahun-tahun mangkrak, bisa saja ada penghuninya. Tapi sekarang, sejak dipugar dan rapi seperti ini, sudah aman kok,” terang petugas keamanan di pintu keluar. (*)


You Might Also Like

33 comments

  1. Ada bagusnya petugas disana ditegaskan untuk menjawab seperti itu krn rata2 org kesana tertarik sama hantunya bukan sejarahnya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, biar kesan serem lama-lama pudar ya. Lagian memang sudah ga serem lagi kok (kalau rame-rame hehehe).

      Delete
  2. 2016 saya kesana bersama seorang teman untuk melepas penat setelah lomba olimpiade sejarah di unnes semarang. Teman saya datang membawa sepupunya yang mana sepupu teman saya memiliki "kemampuan khusus". Dia bilang kalau ditempat ini penuh dengan makhluk gaib yang keliling-keliling kompleks lawang sewu. Karena memang dulunya selain beroperasi sebagai kantor kereta api, lawang sewu dan sekitarnya juga menjadi medan perang selama masa pergolakan pemerintahan. Menurut dia, bangunan yang memiliki aura paling mistis terletak di bunker bekas penjara yang sekarang sudah tidak bisa dimasuki karena tergenang air setinggi atap bunker itu sendiri

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wow, jadi masih ada dong, tapi yg bisa lihat cuma mereka yg punya kemampuan khusus ya. Ruang bawah tanahnya memang sudah ga dilengkapi tangga turun. Tapi begidik juga lho waktu lihat pintu masuknya.

      Delete
  3. Waah, terima kasih banyak, Mas. Saya masih belajar kok. Mas juga pasti bisa kalau mau.

    ReplyDelete
  4. Paling guidenya hanya cerita tentang kisah mistis atau kalau tidak ya film-film yang pernah syuting di Lawang Sewu :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha, ngga kok Mas. Mereka menjelaskan sejarah dan detail bangunan Lawang Sewu.

      Delete
  5. Keren ya klu malam pak..
    Sy kemaein ke sana waktu siang. Jdi g bisa menikmati suasana lampu malam. Tapi kok sepi banget apa klu malam.. Jadi berasa ada.......

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sebenernya ga sepi-sepi amat kok, Bu. Masih ada beberapa pengunjung. Kalau kata saya memang lebih enak malam. Soal "berasa ada" itu kembali ke kemampuan alam bawah sadar hahahaha

      Delete
  6. Lawang Sewu ini bagus sekali untuk studi wisata siswa ya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Memang banyak pelajar yang berwisata ke sini. Harga tiket khusus pelajar pun hanya Rp 5 ribu lho.

      Delete
  7. Jadi sekarang pengunjung sudah tidak boleh masuk ke bekas penjara bawah tanah itu ya Mas? Untung saya pernah masuk jadi nggak penasaran lagi. Tapi memang cerita-cerita seram banyak di sebarkan dari bawah gedung Lawang Sewu ini. Dan aku percaya di sana memang banyak arwah-arwah yang sedang mencari Kedamaian. Mudah-mudahan dengan ditutupnya akses ke bawah, para makhluk dari Dimensi Lain tersebut sekarang hidup dengan tenang :-)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Amiiiin. Iya, Kak, pengunjung umum sudah ga diberi akses ke sana. Saya juga berharap gedung ini lebih dikenal karena nilai sejarah dan arsitekturnya, bukan karena hal mistis.

      Delete
  8. Kemarin aku kesini lagi sore-sore. Memang usaha pengelola menghilangkan citra seram Lawang Sewu cukup berhasil . Biarlah kisah serem menjadi konsumsi orang-orang yg memang "berkemampuan khusus". Kalau Saya perhatikan tour guide selalu pintar mengalihkan pertanyaan soal yg seram-seram. Tapi salut dengan pengelola yang sudah meremajakan Lawang Sewu menjadi salah satu destinasi wisata di Kota Semarang.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Senang rasanya mendengar itu, Mas. Peremajaan Lawang Sewu benar-benar langkah bagus Pemkot Semarang. Meski mainstream, Lawang Sewu masih sangat menarik untuk dikunjungi.

      Delete
  9. Aku pas ke Lawang Sewu tahun 2015 (atau 2014 ya?) sama sekali nggak ada kesan mistis.

    Fotonya cakep-cakep, mas! Memang butuh kesabaran ya buat menghasilkan foto yang berkelas. Ornamen kaca patri itu bikin Lawang Sewu kayak gereja :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kesan mistis sudah turun pamor ya, Kak, hehehe. Lagi pula, betul kata Mbak Evi, itu hanya konsumsi orang-orang berkemampuan khusus.

      Makasih banyak, Kak. Saya masih harus belajar soal foto. Tapi motret Lawang Sewu malam hari jadi pemantik semangat buat belajar lagi.

      Delete
  10. Akhirnya terjawab juga harga pemandu di Lawang sewu. Dua kali ke situ, dipandu juga. Tapi karena bukan acara sendiri jd ga tahu tarifnya... Dan lupa mau tanya. Hehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Setelah tahu begini, kita bisa kasih lebih, gitu kan maksudnya Mas? Hehehe.

      Delete
  11. Buset, nama aslinya panjang bener ya. T.T
    Btw, aku belum pernah ke Lawang Sewu, cuma beberapa kali lewat aja. Dari luar aja sebenarnya udah serem sih.
    Masih penasaran buat ngelihat penampakan gak, mas? :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah, saya justru berharap ga ketemu penampakan, Kak. Hahaha. Saya suka konsep Lawang Sewu yang sekarang.

      Delete
  12. Mengunjungi lawang sewu memang tepat pada saat malam hari. karena suasana mistisnya jauh lebih terasa dan terlihat lebih indah karena sorot lampu yang menawan. mengunjungi lawang sewu di malam hari juga membuat kita dapat menikmati lawang sewu tanpa adanya suara bising atau banyaknya wisatawan yang datang. jika takut mengunjungi lawang sewu di malam hari karena hantu, jangan khawatir karena jika kita tidak melakukan hal-hal yang dilarang kita dapat menikmati keindahan lawang sewu tanpa gangguan hantu.

    ReplyDelete
  13. Setelah membaca artikel ini saya awalnya bingung karena saya pikir artikel ini akan lebih membahas hal mistis di Lawang Sewu, dan membuat kesan horror, namun itu hanya ekspetasi, isi dari artikel ini lebih ke bagaimana dan kondisi Lawang Sewu, tetapi saya menjadi lebih tau tentang Lawang Sewu,karena saya belum pernah kesana, saya sangat kagum dengan foto fotonya,sangat indah. Dari artikel ini seharusnya kita bangga memiliki bangunan bersejarah sebagus itu dan tidak lupa untuk turut menjaganya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Judulnya menarik buat baca artikelnya ya? Hahaha

      Delete
  14. Masih koq pak guru, eh, hahaha, tapi yawislah cerita-cerita seperti itu memang ga bisa dihilangkan koq. Pun begitu, toh lawang sewu udh tempat wisata wajib kalo ke Semarang. Walo cuma nongkrong didepan tamannya saja hahaha

    ReplyDelete
    Replies
    1. Setujuuu, Kak Bobby yang keceee. Nongkrong sambil ngemil tahu gimbal yak.

      Delete
  15. Benar sekali tentang artikel Lawang Sewu ini. Lawang Sewu kini jauh dari kata seram. Menurut saya, Lawang Sewu memiliki desain yang khas yang tidak dimiliki bangunan lain. Selain itu, Lawang Sewu memiliki panorama yang indah jika kita dinikmati di sore hari. Mungkin bagi pecinta foto, Lawang Sewu cocok untuk berfoto ala-ala zaman dahulu. Saya Jadi ingin kembali berkunjung ke Lawang Sewu.

    ReplyDelete
  16. Benar sekali tentang artikel Lawang Sewu ini. Lawang Sewu kini jauh dari kata seram. Menurut saya, Lawang Sewu memiliki desain yang khas yang tidak dimiliki bangunan lain. Selain itu, Lawang Sewu memiliki panorama yang indah jika kita dinikmati di sore hari. Mungkin bagi pecinta foto, Lawang Sewu cocok untuk berfoto ala-ala zaman dahulu. Saya Jadi ingin kembali berkunjung ke Lawang Sewu.

    ReplyDelete

  17. بِسْــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــم
    🇰 🇪 🇷 🇯 🇦
    🇩 🇦 🇷 🇮
    🇷 🇺 🇲 🇦H
    🇸🇴🇱🇺🇸🇮
    *BISNIS TERKINI*
    🇲🇴🇩🇦🇱 🇨🇺🇲🇦
    2️⃣5️⃣.0️⃣0️⃣0️⃣
    ===============
    Apa Keuntungan bergabung di MesinPencetakUangdotcom ( MPU )??
    1. Mendapatkan Produk Produk Digital yang sangat Berguna dan Spektakuler
    2. Mendapatkan Penghasilan Tanpa Batas , Ada Macam Macam Bonus yang anda dapatkan jika Anda aktif mengajak orang untuk ikut Bergabung di MesinPencetakUangdotcom ( MPU )
    3. Mendapatkan Harga Khusus Produk Herbal Member MPU , Silakan Cek di Menu PRODUK HERBAL
    4. Gratis Memasang Iklan di Member Area dan Akan tampil di Halaman Iklan
    Segera Daftar ??
    Klik & aktivasi dibawah ini
    👇👇👇👇👇👇👇
    http://MesinPencetakUang.com/?id=mediailmu
    http://MesinPencetakUang.com/?id=kokok

    ReplyDelete