2015 merupakan tahun kedua saya menekuni ketertarikan akan fotografi
dan traveling, kemudian mendokumentasikannya melalui blog ini. Alhamdulillah, sepanjang
2015, Allah menganugerahkan kesempatan untuk saya melangkah lebih jauh, melihat
lebih banyak, dan mendengar lebih luas tentang alam dan isinya ini.
Di penghujung 2015, saya
ingin mengulas kembali sejumlah destinasi yang saya kunjungi sepanjang tahun
ini. Harapan saya, pengalaman saya bermanfaat untuk teman-teman yang ingin
mengunjunginya juga. Tulisan ini adalah bagian pertama rekap 2015 saya, berisi 21
destinasi yang saya datangi di Gresik
dan Yogyakarta. Bagian kedua akan saya publish
minggu depan.
Musim hujan datang
lagi. Ada yang menganggap ini bukan waktu yang tepat untuk liburan karena hujan
bisa datang kapan saja. Itu pula yang saya alami saat mengunjungi Coban Pelangi
di Desa Gubuk Klakah, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang. Hujan menjadi
teman perjalanan sejak berangkat hingga pulang. Namun, mungkin karena niat dan
tekad sudah bulat, saya sama sekali tak ingin mengurungkan rencana.
Setelah berziarah ke makam Sunan Giri dan Sunan Prapen, saya
tergelitik untuk melihat dari dekat situs Giri Kedaton di Dusun Kedaton, Desa
Sidomukti, Kecamatan Kebomas, Kota Gresik. Penasaran, rasanya, seperti apa wujud
peninggalan sejarah itu saat ini. Apalagi, jaraknya tak jauh, hanya sekitar 1
kilometer, dari bukit tempat dimakamkannya Sunan Giri dan
Sunan Prapen.
Dulu setiap kali berziarah ke makam Sunan Giri di Gresik, saya
selalu batal menyempatkan diri berziarah juga ke makam Sunan Prapen. Sepertinya,
umumnya para peziarah Sunan Giri juga tak mengagendakan kunjungan ke makam
Sunan Prapen. Mungkin, itu karena Sunan Prapen tak masuk dalam daftar Wali
Songo. Padahal, letak makam Sunan Prapen hanya beberapa meter dari makam Sunan
Giri. Nah, ketika kembali berziarah ke makam Sunan Giri belum lama ini, saya
pun tak mau menyia-nyiakan kesempatan. Kali ini saya harus melihat dengan mata
kepala sendiri makam yang selama ini hanya saya dengar namanya itu.