2016: LANGKAH KETIGA UNTUK SEBUAH PERJALANAN

14:41:00



2016 merupakan tahun ketiga saya menekuni ketertarikan akan fotografi dan traveling, kemudian mendokumentasikannya melalui blog ini. Alhamdulillah, sepanjang 2016, Allah menganugerahkan kesempatan untuk saya melangkah lebih jauh, melihat lebih banyak, dan mendengar lebih luas tentang alam dan isinya ini. Di pergantian tahun 2016 menuju 2017 ini, saya mengulas kembali sejumlah destinasi yang saya kunjungi sepanjang tahun ini di Lumajang, Malang, Batu, Pasuruan, Nganjuk, Kalimantan, dan tentunya Bojonegoro. Harapan saya, pengalaman saya bermanfaat untuk teman-teman yang ingin mengunjunginya juga.


LUMAJANG


Coban Sewu
Coban Sewu berada di perbatasan Kabupaten Malang dan Lumajang. Dari sisi Kabupaten Malang, air terjun ini masuk wilayah Dusun Jagalan, Desa Sidorenggo, Kecamatan Ampelgading. Spot lainnya terdapat di Desa Sidomulyo, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang. Coban Sewu merupakan air terjun paling megah yang pernah saya lihat. Dari ujung kanan ke ujung kiri tebing, sumber air mengalir deras. Bukan hanya dari puncak air terjun, melainkan juga dari tengah dan dasar tebing. Sumber air seperti ada di mana-mana. Itulah mengapa air ini disebut Coban Sewu.



Air Terjun Telaga Biru
Kami tak menyangka bahwa selain Coban Sewu, di tempat tersebut juga terdapat Air Terjun Telaga Biru. Air terjun ini bersumber dari puncak tebing, jatuh ke bebatuan, membentuk undakan-undakan, lalu berujung di dua muara di sisi kanan dan kiri. Dua muara itulah yang kemudian membentuk telaga. Pohon-pohon tumbuh di sela-sela aliran air, menambah sejuk suasana dan pemandangan.



Gua Tetes
Gua Tetes merupakan salah satu lokasi wisata yang telah lama dikelola oleh warga Desa Sidomulyo, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang. Namun, seiring melambungnya nama Coban Sewu yang menarik banyak pengunjung, Gua Tetes kini kembali bergairah. Gua Tetes telah terlihat mengundang di puncak tebing. Gua ini tersembunyi di balik tetes-tetes air terjun yang menyerupai tirai. Karena itulah, gua ini disebut Gua Tetes. Bahkan bebatuan di tebing itu pun membentuk stalaktit mirip tetesan air. Warnanya hitam kecokelatan. Pohon-pohon dan tanaman perdu hijau menghiasi tebing ini. Air yang mengucur deras membentuk sejumlah anak sungai di sela-sela bebatuan.



MALANG & BATU


Coban Rondo
Jika ditanya, objek wisata alam apa yang sangat populer di Malang, salah satu jawabannya pasti Coban Rondo. Tak salah jika air terjun yang di terletak di Desa Pandesari, Kecamatan Pujon, ini menjadi primadona. Aksesnya sangat mudah, bahkan bus besar pun bisa sampai lahan parkir. Selain itu, kawasan Coban Rondo kini dilengkapi objek-objek menarik lainnya. Berada di ketinggian 1.135 meter di atas permukaan laut, Coban Rondo diselimuti suhu rata-rata 20 derajat celsius. Air yang bersumber dari mata air Cemoro Dudo jatuh dari ketinggian 84 meter.



Taman Labirin
Zaman dulu, labirin dibangun untuk mengurung Minotaur, makhluk mitos Yunani. Namun, kini labirin dibangun di sejumlah tempat wisata. Taman yang memang dibuat rumit dan berliku-liku ini menarik untuk dijadikan tempat main petak umpet atau sekadar berfoto-foto. Salah satunya labirin di kawasan Coban Rondo, Desa Pandesari, Kecamatan Pujon, Malang. Banyaknya pengguna Instagram yang mengunggah foto apik di labirin ini mengundang para pengunjung lainnya untuk mencoba beragam pose unik di sana. Hasilnya, taman labirin ini pun menjadi salah satu spot yang wajib dikunjungi sebelum menimati Air Terjun Coban Rondo.


Coban Tengah
Air Terjun Coban Tengah juga berada di kawasan Desa Pandesari, Kecamatan Pujon, Malang. Penampakan air terjun ini benar-benar mengundang decak kagum. Baru kali ini saya melihat air terjun yang airnya keluar dari cekungan semacam gua di tebing tinggi. Air terjun deras setinggi 50 meter, tumpah di telaga yang luas, tapi dangkal.



Waduk Selorejo
Waduk Selorejo berlokasi di Desa Selorejo, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang. Air danau tampak biru tenang. Di seberang danau, jajaran pegunungan tampak berpadu dalam gradasi biru nan memukau. Langit pun tak mau kalah, menampakkan semburat biru muda nan aduhai. Pepohonan di tepi danau seolah menjadi aksen yang menambah elok pemandangan. Sejauh mata memandang, yang terasa adalah ketenangan dan kedamaian.



Gunung Banyak
Gunung Banyak berlokasi di Dusun Brau, Desa Gunungsari, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Objek ini terletak di kawasan perbatasan antara Kota Batu dan Kabupaten Malang, tepatnya Desa Pandesari, Kecamatan Pujon. Dari puncak gunung berketinggian 1.340 mdpl ini, kita bisa melihat hamparan pemandangan hijau dengan latar belakang Gunung Panderman. Kegiatan menarik yang bisa dilakukan pengunjung Gunung Banyak adalah paralayang. Gunung Banyak kerap dijadikan lokasi oleh komunitas pengemar paralayang beraksi. Namun, pengunjung yang sama sekali tak pernah mencoba olahraga ektrem ini pun bisa mencicipinya. Dengan merogoh kocek Rp 350 ribu, pengunjung bisa terbang ditemani seorang instruktur. Terbang tandem inilah yang saya saksikan saat berkunjung ke Gunung Banyak.



Omah Kayu
Setelah menonton atau mencoba sendiri paralayang di Gunung Banyak, Dusun Brau, Desa Gunungsari, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, jangan buru-buru turun. Luangkan waktu sebentar untuk mencoba sensasi Omah Kayu. Destinasi ini unik. Pengunjung bisa menginap atau sekadar bersantai di rumah dan ambalan yang terbuat dari kayu. Ini bukan rumah atau ambalan biasa karena berada di batang-batang pohon pinus. Dengan view pegunungan, sawah, kebun, dan pemukinan dari ketinggian, tak sedikit pengunjung yang lupa waktu.



Grojogan Sewu
Grojogan Sewu berada di Dusun Tretes, Desa Bendosari, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang. Warga lokal juga menyebutnya Coban Sewu. Grojogan Sewu hanya berjarak sekitar 200 meter dari jalan raya. Tak ada tiket untuk masuk area wisata ini, alias gratis. Kita tinggal menyeberangi sebuah jembatan sepanjang sekitar 30 meter. Jika ingin mendekat di bawah air terjun berketinggian kurang lebih 50 meter ini, kita harus melewati jembatan kecil.



Candi Singosari
Candi Singosari terletak di Desa Candi Renggo, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, sekitar 10 km dari Kota Malang ke arah Surabaya. Banyak yang menganggap bahwa candi ini adalah makam Raja Kertanegara, raja terakhir Singosari.



Kebun Teh Wonosari
Kebun Teh Wonosari terletak di Lawang, Malang. Luasnya 1.144 hektare. Dari atas menara, sepanjang mata memandang, terbentang hijaunya kebun teh. Tampak pula beberapa ibu pemetik teh yang sedang bekerja. Angin sepoi membawa udara sejuk khas pegunungan. Panorama kebun teh yang berada di ketinggian 950-1.250 meter di atas permukaan laut ini cukup menawan hati. Sebagai objek wisata edukatif, tarif Kebun Teh Wonosari tak terlalu mahal. Hanya Rp 8.000/orang pada Senin-Sabtu dan Rp 12.000/orang pada Minggu dan hari libur nasional. Untuk menarik minat pengunjung, pengelola juga menyediakan sejumlah fasilitas seperti penginapan, kebun binatang mini, kolam renang, flying fox, berkuda, wall climb, paint ball, dan kafe teh. 


PASURUAN


Coban Baung
Coban Baung berada di lereng Gunung Baung di Desa Cowek, Kecamatan Purwodadi, Pasuruan, ini. Jalan setapak sepanjang sekitar 500 meter telah dibangun berupa anak tangga. Jalan ini tepat berada di seberang pagar belakang Kebun Raya Purwodadi. Air terjun berketinggian sekitar 100 meter itu seolah membelah tebing hitam yang ditumbuhi sejumlah pohon dan tanaman perdu. Air terjun deras, membentuk telaga lumayan dalam dan luas tepat di dasar tebing. Percikan air menyerupai kepulan asap yang membubung dari dasar air terjun.


Kebun Raya Purwodadi
Kebun  Raya Purwodadi, Pasuruan terletak di di jalan utama Purwodadi-Malang. Harga tiket masuk kebun seluas 85 hektare ini sangat terjangkau, hanya Rp 6.000, berlaku untuk weekdays, weekend, dan hari libur. Sekilas saya baca selebaran informasi. Khusus untuk foto prewedding, pengunjung dikenakan biaya Rp 250.000. Kebun ini berfungsi sebagai tempat konservasi, penelitian, pendidikan, dan wisata berbasis alam. Kebun Raya Purwodadi mengoleksi banyak tumbuhan. Menurut data terakhir, 178 suku, 964 marga, 2.003 jenis, dan  11.671 spesimen tanaman tumbuh subur di sana.


BOJONEGORO


Masjid Al Birru Pertiwi
Masjid Al Birru Pertiwi berada di Jalan Raya Dander-Bojonegoro. Masjid yang diresmikan pada 25 Januari 2014 oleh Bupati Bojonegoro Suyoto ini menyelenggarakan beragam kegiatan untuk para jamaahnya. Namun, yang tak kalah menarik adalah arsitektur bangunan yang bergaya modern minimalis.


Watu Gajah
Gondang merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Bojonegoro. Kawasan yang terletak di ujung selatan kabupaten ini didominasi lahan hutan jati dan pegunungan.  Watu Gajah, misalnya, berada di Desa Jari, tepatnya di bagian selatan desa, terpisah dari pemukiman penduduk. Watu Gajah dahulu benar-benar berbentuk gajah. Waktu telah membuatnya keropos, hingga kini bentuknya tak utuh lagi. Cerita para sesepuh desa, terang Mas Johan, batu ini merupakan sisa legenda asal-usul nama Desa Jari.


Watu Gandul
Watu Gandul berlokasi di Dusun Kaliasin, Desa Sambongrejo, Kecamatan Gondang. Bebatuan itu tersusun dalam tumpukan tak beraturan, sisa letusan gunung berapi. Lantaran sudah ratusan tahun berada di sana, bebatuan ini pun terlilit akar pohon yang tumbuh rindang di sekitarnya. Tinggi tumpukan batu super besar ini mencapai 50 meter. Terdapat sebuah batu yang sangat besar berbentuk bundar, diapit dan disangga dua batu lainnya yang tak kalah besarnya.



Gunung Lawang
Desa Pragelan berada di kawasan tepi paling barat Kecamatan Gondang. Saya tak menyebutnya terpencil, hanya agak jauh dari desa sebelumnya. Jalan menuju ke sana telah beraspal, menembus hutan jati, sawah, dan perkebunan. Sebelum sampai di Desa Pragelan, gunung kembar itu telah terlihat. Masing-masing gunung punya nama, yaitu Gunung Lawang dan Gunung Kendil. Gunung Lawang berada di sisi utara, sedangkan Gunung Kendil berada di sisi selatan. Karena berdiri bersebelahan dan menyisakan ruang di antaranya, dua gunung ini seperti dua gapura yang mengapit sebuah jalan masuk. Lantaran itulah, meski kembar dan masing-masing punya nama, penduduk setempat lebih sering menyebutnya Gunung Lawang.


Kedung Peti
Kedung Peti merupakan air terjun setinggi sekitar 10 meter dengan tiga tingkatan di Desa Malo, Kecamatan Malo. Tanaman perdu menghiasi beberapa bagian tingkatan itu. Di dasar air terjun, terdapat sebuah kolam kecil. Karena dangkal, hanya selutut saya, air tampak kebiruan. Di salah satu sudut kolam, terdapat aliran yang mengarahkan air ke sungai kecil. Namun, karena saat itu musim kemarau, air terjun Kedung Peti tak deras, hingga tampak hanya seperti rembesan. Kabarnya, pada musim hujan, air Kedung Peti lebih deras.


LUMAJANG
Kesan saya tentang Nganjuk selama ini ternyata salah besar. Beberapa kali mendatangi kota dan sejumlah kecamatan, kesan saya, kota berjuluk Kota Angin itu bercuaca panas. Ternyata, ada satu kecamatan di sana yang berudara sejuk. Namanya Kecamatan Sawahan. Berada di lereng Gunung Wilis, Kecamatan Sawahan memiliki sejumlah destinasi wisata alam seperti bukit, air terjun, dan persawahan.


Bukit Watu Lawang
Bukit Watu Lawang cukup menawan. Hanya dengan berjalan kaki sekitar 300 meter menuju puncak, pengunjung akan dimanjakan view hijau terhampar luas. Di sisi barat tampak hutan beragam pohon rimbun dan perkampungan penduduk. Di sisi timur, hutan pinus terlihat eksotis lantaran ujung-ujungnya yang berjajar rapi, dilatarbelakangi perbukitan berselimut kabut putih. Nah, yang istimewa, di sisi selatan bukti, tampak empat air terjun yang menyembul dari balik hijau perbukitan. Tiga air terjun berada di sebelah kiri, satu air terjun lainnnya berada di sebelah kanan. Salah satunya adalah Air Terjun Sedudo.


Air Terjun Sedudo
Turun dari Bukit Watu Lawang, saya tancap gas menuju Air Terjun Sedudo. Jalan berkelok dan menanjak menuju Air Terjun Sedudo yang terletak di Desa Ngliman, Kecamatan Sawahan, ini diapit dua bukit hijau. Udara sejuk di kawasan yang terletak di ketinggian sekitar 1.438 meter dari permukaan laut ini mampu menyegarkan badan. Begitu sampai di tempat parkir, tak sedikit mobil dan motor yang telah berjajar rapi. Warung dan toko suvenir pun ramai pembeli. Itu artinya, pengunjung objek wisata ikon Kabupaten Nganjuk ini tak bisa dibilang sedikit. 


Air Terjun Gedangan
Sekitar 1 kilometer dalam perjalanan pulang dari Air Terjun Sedudo, di sisi kiri jalan terdapat gapura bertuliskan Objek Wisata Air Terjun Gedangan. Tertera informasi bahwa air terjun tersebut berjarak sekitar 300 meter dari gapura. Air terjun ini tak tinggi, hanya sekitar 4 meter. Namun, objek ini masih alami. Airnya deras dan berundak-undak. Bebatuan berwarna hitam di tebing air terjun juga tampak unik dan eksotis.  Apalagi, waktu itu, tak ada sampah sama sekali. Terdapat telaga di dasar air terjun. Airnya begitu jernih dan dingin. Saya pun tergoda untuk mandi dan berendam.


Air Terjun Singokromo
Dari Air Terjun Gedangan, petualangan berlanjut ke Air Terjun Singokromo. Untuk melihat dari dekat air terjun ini, saya harus menuruni tebing yang cukup curam. Begitu sampai di dasar lembah, akhirnya, tampaklah Air Terjun Singokromo. Puncak air terjun terlihat kecil di atas tebing, tingginya sekitar 20 meter. Semakin ke bawah, air terjun kian melebar dan jatuh membentuk telaga kecil. Bebatuan hitam beragam ukuran menghiasi sungai.


Sendang Putri Wilis
Dari Air Terjun Singokromo, saya harus menyusuri jalan setapak menuju Sendang Putri Wilis. Jarak tempuhnya sekitar 200 meter. Begitu sampai di Sendang Putri Wilis, yang saya lihat ternyata bukan air terjun tinggi, melainkan sungai dengan undakan. Tepat di bawah undakan, terdapat genangan yang menyerupai telaga. Karena itulah, objek ini dinamai sendang yang dalam bahasa Jawa berarti telaga. Sedangkan nama Putri Wilis bersumber dari lokasi sendang yang berada di lereng Gunung Wilis. Namun, saya sama sekali tak kecewa karena airnya sangat jernih dan dingin. Saya bahkan tak ragu menyelam dan berenang.


KALIMANTAN SELATAN


Gunung Langara
Loksado merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Di sana terdapat Gunung Langara. Dari Kota Banjarmasin, kendaraan kami melaju melewati Kota Banjar Baru, Martapura, dan Rantau. Untuk sampai di puncak gunung, kami butuh waktu sekitar 40 menit untuk berjalan kaki, termasuk istirahat. Kami harus melewati bebatuan yang runcing dan tajam. Bukan hanya itu. Di sisi kanan dan kiri kami, jurang terjal seolah memberi peringatan kepada kami agar tak terlalu menepi. Sesampai di puncak, terhampar hutan hijau di depan mata. Pemandangan semakin eksotis lantaran hutan ini terbelah liukan Sungai Amandit dari ujung sejauh mata memandang. Mahakarya Tuhan ini dikelilingi Pegunungan Meratus yang menjulang kokoh. Cuaca cerah yang menghadirkan langit biru dan gumpalan awan putih sungguh mengagumkan.

Selamat tinggal 2016. Terima kasih, Tuhan, untuk pengalaman dan petualangan yang berharga. Selamat datang 2017. Semoga makin banyak destinasi yang bisa saya saksikan keindahannya dengan mata kepala sendiri. (*)

You Might Also Like

4 comments