WATU GAJAH: YANG TERSISA DARI LEGENDA DESA JARI

14:05:00



Gondang merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Bojonegoro. Kawasan yang terletak di ujung selatan kabupaten ini didominasi lahan hutan jati dan pegunungan.  Tak sedikit potensi wisata di kecamatan yang bersebelahan dengan Kabupaten Nganjuk dan Madiun ini. Di antaranya, Air Terjun Kedung Gupit, Watu Gandul, Watu Gajah, Gunung Pandan, dan sumber air panas Krondonan. Gunung dengan bebatuan marmer dan onyx pun ada di sana. 

Kali ini, saya ingin berbagi catatan perjalanan saya ke Kecamatan Gondang beberapa waktu lalu. Saya mengunjungi beberapa lokasi yang menurut saya menarik. Ditemani dua kawan lama, Mas Johan dan Mas Reza, saya mendatangi Watu Gajah, Gunung Pandan, dan Watu Gandul. Di post ini, saya akan mengulas Watu Gajah. 

Watu Gajah di tebing nan sepi

Watu Gajah berada di Desa Jari, tepatnya di bagian selatan desa, terpisah dari pemukiman penduduk. Kami harus melewati pematang sawah hingga tiba di sebuah tebing tinggi. Warga setempat menyebutnya Gunung Selo Gajah. Dari jauh, saya tak melihat ada batu berbentuk gajah, seperti bayangan saya tentang objek yang kami kunjungi ini. Setelah memarkir kendaraan, barulah tampak seonggok batu yang menjorok keluar dari tebing. 

Namun, sekali lagi, bentuknya tak menyerupai gajah, tak sesuai namanya. Menurut saya, bentuknya lebih menyerupai kepala buaya. Panjangnya sekitar enam meter. Warnanya hitam kecokelatan. Batu ini menjulang di tebing. Di bawahnya terdapat sungai dangkal. Sekeliling batu itu ditumbuhi semak belukar yang sepertinya lumayan sulit ditembus. Namun, kurang afdol rasanya jika tak mencoba menaikinya.

Mas Reza di ujung Watu Gajah


Mas Reza lebih dulu mencoba menembus semak, menaiki tebing. Tampaknya, tanpa kesulitan, dia telah berada di atas Watu Gajah. Dia pun menurut saja ketika saya memintanya berpose dengan beberapa gaya. Tak mau kalah, kami bertukar posisi. Mas Reza memegang kamera, saya merayap ke atas tebing. Namun, menaiki batu ini ternyata tak semudah yang saya kira. Batu yang sudah sangat tua ini telah retak di beberapa sisi. Hasilnya, di foto saya tampak aneh lantaran saya berusaha menjaga keseimbangan.


 
Alangkah uniknya saat batu ini masih berbentuk gajah.
Mungkin karena kurus, Mas Reza tampak mudah berdiri di sana.


Menurut Mas Johan, Watu Gajah dahulu benar-benar berbentuk gajah. Waktu telah membuatnya keropos, hingga kini bentuknya tak utuh lagi. Cerita para sesepuh desa, terang Mas Johan, batu ini merupakan sisa legenda asal-usul nama Desa Jari. Rupanya, Jari adalah akronim dari gajah keri (gajah tertinggal). Konon, pada zaman dahulu, terdapat sekawanan gajah yang melintas di gunung tersebut. Seekor gajah tertinggal lantaran kakinya terjerembab lubang. Gajah ini pun mati dan membatu. 

Watu Gajah pun menjadi sisa legenda. Kisahnya menjadi folklor atau cerita rakyat di Desa Jari. Karena tak tertulis, cerita ini tak bisa dibuktikan atau disandingkan dengan fakta sejarah. Namun, penduduk setempat meyakini bahwa kisah ini benar-benar terjadi. Wallahu a’lam, hanya Allah yang Maha Tahu atas segala kebenaran. (*)

You Might Also Like

4 comments