2015: LANGKAH KEDUA UNTUK SEBUAH PERJALANAN (1)

14:12:00



2015 merupakan tahun kedua saya menekuni ketertarikan akan fotografi dan traveling, kemudian mendokumentasikannya melalui blog ini. Alhamdulillah, sepanjang 2015, Allah menganugerahkan kesempatan untuk saya melangkah lebih jauh, melihat lebih banyak, dan mendengar lebih luas tentang alam dan isinya ini. 

Di penghujung 2015, saya ingin mengulas kembali sejumlah destinasi yang saya kunjungi sepanjang tahun ini. Harapan saya, pengalaman saya bermanfaat untuk teman-teman yang ingin mengunjunginya juga. Tulisan ini adalah bagian pertama rekap 2015 saya, berisi 21  destinasi yang saya datangi di Gresik dan Yogyakarta. Bagian kedua akan saya publish minggu depan. 


GRESIK


Nama bukit di Desa Bungah, Kecamatan Bungah, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, ini melambung setelah foto-fotonya tersebar di media sosial. Jadilah Bukit Jamur sebagai lokasi wisata dadakan dengan jumlah pengunjung yang tidak bisa dibilang sedikit. Sesuai namanya, di bukit ini terdapat batu-batu besar berbentuk jamur. Bukan hanya satu atau dua, melainkan puluhan batu, beragam ukuran, tersebar di satu areal. Bebatuan ini benar-benar alami, bukan buatan. Kabarnya, batu-batu ini semula terpendam di bukit kapur yang telah lama menjadi lokasi penambangan kapur ini. Eksplorasi terus-menerus kemudian menyebabkan batu-batu ini terlihat. 


Di Gresik terdapat kompleks makam dengan sejumlah makam panjang. Tak tanggung-tanggung, panjangnya mencapai 9 meter! Kompleks makam yang telah diresmikan sebagai situs bersejarah dan cagar budaya ini terletak di Desa Leran, Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Nama resminya adalah Makam Siti Fatimah. Sebagian jasad yang dimakamkan di tempat ini adalah para penyebar agama Islam dari Malaka pada tahun 1000-an. Salah satu makam adalah makam Siti Fatimah. Ada juga makam Sayyid Kharim, Sayyid Ja’far, Sayyid Syarif,  Sayyid Jalal, Sayyid Jamal, dan Sayyid Jamaluddin. Panjang masing-masing makam sama, sekitar 9 meter.


Bukit ini sempat membuat nama Desa Sekapuk, Kecamatan Ujungpangkah, Gresik, dibicarakan komunitas penyuka foto nature di Instagram. Bukit ini merupakan kawasan penambangan kapur sejak tahun 1950-an. Sebagian bukit ini telah berubah menjadi kubangan. Dinding-dinding bukit penuh lubang menyerupai pintu gua. Uniknya, lubang-lubang tersebut bertekstur kotak-kotak. Dengan gergaji khusus, para pekerja itu menambang batu berbentuk balok batu bata putih beragam ukuran, dari yang kecil hingga besar. 


Makam Sunan Giri berada di Desa Giri, Kecamatan Kebomas. Kompleks Makam Sunan Giri berada di atas bukit. Peziarah harus meniti puluhan anak tangga setinggi sekitar 500 meter. Ada dua jalur tangga naik menuju kompleks makam, yaitu di sisi kanan dan kiri halaman parkir. Bangunan utama makam Sunan Giri terbuat dari kayu. Dindingnya berwarna cokelat, berhias ukiran. Terdapat sebuah pintu kecil untuk para peziarah masuk makam. Siapakah Sunan Giri  itu? Beliau adalah pendiri Kerajaan Giri Kedaton di Gresik, sebagai pusat penyebaran agama Islam di Jawa. Pengaruhnya saat itu sampai ke Madura, Lombok, Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku. 


Makam Sunan Prapen hanya beberapa meter dari makam Sunan Giri. Dari gapura keluar kompleks utama makam Sunan Giri, terdapat papan petunjuk menuju makam Sunan Prapen yang termasuk wilayah Desa Klangonan, Kecamatan Kebomas. Untuk mencapai bangunan makam Sunan Prapen, peziarah harus menaiki puluhan anak tangga. Namun, bukit menuju makam Sunan Prapen tak setinggi bukit makam Sunan Giri. Sunan Prapen adalah raja ketiga Dinasti Giri Kedaton, yaitu pusat penyebaran agama Islam di Gresik yang dibangun oleh Sunan Giri. Beliau adalah putra Sunan Dalem, raja kedua Giri Kedaton. Tokoh yang lahir pada tahun 1432 ini memerintah Giri Kedaton pada tahun 1478. Beliau wafat pada tahun 1527 dalam usia 95 tahun setelah memimpin Giri Kedaton selama 49 tahun.


Setelah berziarah ke makam Sunan Giri dan Sunan Prapen, saya tergelitik untuk melihat dari dekat situs Giri Kedaton di Gresik. Lokasinya di Dusun Kedaton, Desa Sidomukti, Kecamatan Kebomas. Situs ini adalah bekas pusat pemerintahan dan penyebaran agama Islam yang dibangun oleh Sunan Giri. Situs Giri Kedaton adalah sebuah bukit yang dibuat berteras-teras dan berundak-undak. Semakin ke atas, tangga berundak itu semakin kecil. Di beberapa halaman teras terdapat sejumlah fungsi bangunan. Di antaranya, di teras teras utara dan selatan terdapat struktur kolam wudlu. Di halaman timur ada makam Mpu Supo, pembuat Kala Munyeng milik Sunan Giri. Di halaman barat terdapat kuncup dan makam Raden Supeno, salah satu putra Sunan Giri. 


Selama ini, yang saya tahu, makam Sunan Kalijaga berada di Kadilangu, Demak, Jawa Tengah. Namun, ternyata di sebuah bukit di Gresik juga terdapat makam yang oleh warga setempat diyakini sebagai makam Sunan Kalijaga. Bukit itu bernama Surowiti di Desa Surowiti, Kecamatan Panceng (sebagian orang menganggap ini hanya petilasan Sunan Kalijaga). Di bukit ini juga terdapat Gua Langsih. Gua ini pernah menjadi lokasi pertapaan Sunan Kalijaga dan tempat sidang Wali Songo sekitar tahun 1463.  

YOGYAKARTA


Museum Benteng Vredeburg berada di Jalan Ahmad Yani, Kota Yogyakarta, hanya sekitar 5 menit jalan kaki dari Jalan Malioboro. Koleksi museum yang awalnya merupakan benteng ini pun seakan-akan membawa kita ke tahun-tahun saat Indonesia berusaha melepaskan diri dari penjajahan. Pengelola Museum Benteng Vredeburg, tampaknya, berusaha mengikuti perkembangan zaman. Mereka kini menyediakan sejumlah monitor layar sentuh yang berisi artikel dan foto-foto sejarah Indonesia. 


Cukup berjalan kaki sekitar 10 menit dari Museum Benteng Vredeburg, saya sudah sampai di Keraton Yogyakarta. Pusat peradaban Yogyakarta yang dibangun pada tahun 1775 oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I ini dibuka setiap hari mulai pukul 09.00-14.00, khusus hari Jumat pukul 09.00-11.00. Keraton Yogyakarta, disebut juga Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat, berdiri di atas lahan seluas 14.000 m2. Di dalamnya terdapat banyak sekali bangunan berarsitektur Jawa dengan beragam fungsi dan makna filosofisnya. Selain itu, pengunjung bisa menikmati beragam pertunjukan kesenian seperti gamelan, wayang kulit, tari, puisi, dan wayang golek. 


Taman Sari terletak tak jauh dari Keraton Yogyakarta. Saya hanya membutuhkan waktu sekitar 8 menit naik becak. Taman Sari merupakan situs bekas taman Keraton Yogyakarta. Awalnya, kompleks kebun istana yang dibangun oleh Sultan Hamengku Buwono I pada tahun 1758-1765 ini terdiri atas gedung, kolam pemandian, jembatan gantung, kanal air, danau buatan, dan masjid bawah tanah di lahan seluas 10 hektare. Namun, saat ini yang tersisa dan bisa dikunjungi hanya beberapa bagian situs. Meski demikian, saya butuh waktu sekitar satu jam untuk melihat setiap sisinya. 


Di kawasan Tlogo Putri Kaliurang, saya menjajal lava tour Gunung Merapi. Paket medium lava tour memakan waktu sekitar 2 jam dengan jarak tempuh 20 km. Kami berhenti di beberapa titik untuk melihat dari dekat objek yang menarik selama perjalanan, yaitu Kali Kuning, mini museum, Bukit Petung, Kaliadem, bunker, Desa Jambu, batu wajah, Lembah Bendo, dan Tempuran. Mengunjungi Gunung Merapi yang telah meletus sebanyak 68 kali sejak tahun 1548 ini memberi saya pengalaman berharga tentang kebesaran Tuhan dan fenomena alam ini. 


Berfoto di tempat ekstrem, rupanya, sempat menjadi trend di media sosial. Saya dan istri sudah mencobanya di Bukit Parangedog. Anda pernah mengunjungi Pantai Parangtritis, Yogyakarta? Bukit Parangendog tak jauh dari pantai terkenal itu, hanya sekitar 1 km ke arah timur, tepatnya di perbatasan Bantul dan Gunungkidul. Dari puncak Bukit Parangendog, sejauh mata memandang terhampar Pantai Parangtritis, Pantai Parangkusumo, hingga Pantai Depok. Sebenarnya, Bukit Parangendog adalah lokasi take off paralayang. Karena itulah, bukit ini juga populer disebut Bukit Paralayang. 


Setelah mendaki Bukit Parangendog dan menikmati view Pantai Parangtritis, saya mendatangi Gumuk Pasir. Jaraknya kira-kira 2 km dari Pantai Parangtritis atau 30 menit perjalanan. Dalam bahasa Jawa, gumuk berarti gundukan. Namun, karena sangat luas, maka gundukan pasir itu juga disebut padang pasir. Kabarnya, Gumuk Pasir merupakan kumpulan material yang berasal dari abu vulkanik Gunung Merapi dan Gunung Merbabu yang terbawa arus Sungai Opak, Sungai Progo, dan sungai-sungai lainnya hingga sampai Pantai Parangtritis. Material vulkanik yang terkikis dan terbawa angin secara terus-menerus selama puluhan tahun itulah yang menyebabkan gundukan pasir semakin meluas di daratan sepanjang Pantai Parangtritis dan Pantai Depok.


Air Terjun Sri Gethuk yang juga dikenal dengan nama Air Terjun Slempret dan Air Terjun Sompret terletak di Dusun Menggoran, Desa Bleberan, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul. Air terjun berketinggian sekitar 25 meter ini kabarnya tak pernah kering sepanjang tahun. Debit air mencapai 80 meter/detik, bersumber dari tiga mata air, yaitu mata air Kedung Poh, Ngandong, dan Ngumpul. Padahal, Gunungkidul dikenal sebagai kabupaten yang tandus. 


Pantai Ngandong berlokasi di Desa Sidoharjo, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul. Daya pikat objek ini adalah garis pantai, pasir, gradasi warna air, ombak, dan bebatuan karangnya membuat saya berdecak kagum. Di bukit karang ini terdapat sebuah resort yang sepertinya telah lama tidak dipakai. Selain hunting foto, berenang, atau berjemur, aktivitas lain yang bisa dilakukan pengunjung Pantai Ngandong adalah memancing. Pengunjung juga bisa tracking atau mini off road. Jika ingin menambah pengalaman, pengunjung bisa melihat atau menemani nelayan mencari rumput laut. 


Tidak sulit menemukan pantai ini. Letaknya sangat dekat dengan perkampungan penduduk di Desa Banjarejo, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Gunungkidul. Karakter Pantai Drini agak mirip dengan Pantai Ngandong. Pantai diapit dua bukit. Terdapat batu karang yang menyerupai pulau kecil. Saat air laut pasang, batu karang itu terpisah dari bibir pantai sehingga seolah terapung. Bedanya, batu karang itu lebih besar daripada batu karang yang terdapat di Pantai Ngandong. Bahkan, batu tersebut ditumbuhi pepohonan yang cukup rimbun. Ombak yang menyentuh bibir pantai pun lebih tenang.


Pantai Baron berada di Desa Kemadang, Kecamatan Tanjungsari, sekitar 22 km arah selatan Kota Wonosari, ibukota Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta. Pantai ini dikenal dengan sebutan pocket beach. Bentuknya menyerupai saku dengan bukit-bukit tinggi sebagai pengapit. Memang, Pantai Baron merupakan pantai dengan tipikal tebing terjal. Hamparan pasirnya ternyata terbentuk dari hancuran bahan organik jutaan tahun yang lalu. Material pasir itu sudah bercampur dengan endapan tanah sehingga warnanya menjadi kecokelatan. Kecepatan angin di sini berkisar 2-4 m/detik dengan tinggi gelombang rata-rata 2-4 meter. Selain itu, di Pantai Baron terdapat mata air, tempat keluarnya air sungai bawah tanah yang berasal dari Gunung Sewu. Di dekatnya terdapat gua yang disakralkan.


Bukan objek wisata, tetapi ramai pengunjung. Sebuah bukit kapur di Desa Sambirejo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman. Bukit berketinggian sekitar 30 meter ini adalah lokasi penambangan kapur secara tradisional. Daya tarik bukit ini memang view indah yang bisa dinikmati dari atas bukit. Gunung  Merapi di sisi utara menjadi pemandangan yang menarik untuk diabadikan dengan kamera. Bukan hanya itu. Dengan memanfaatkan zoom kamera, saya bisa membidik Candi Prambanan di antara rimbun pepohonan. 


Candi Ijo berlokasi di Dusun Groyokan, Desa Sambirejo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman. Candi Ijo terletak di dataran tinggi bukit bernama Gumuk Ijo¸ sekitar 375 meter di atas permukaan laut. Itulah mengapa candi ini juga disebut Candi Ijo. Kabarnya, Candi Ijo merupakan candi yang posisinya paling tinggi di antara candi-candi lain di Yogyakarta. Memang, dari atas bukit ini, pengunjung disuguhi panorama alam berupa persawahan dan perbukitan. Bahkan, dari tepat ini terihat juga Bandara Adisucipto dan Pantai Parangtritis. Candi Ijo yang diperkirakan dibangun antara abad ke-10 sampai ke-11 Masehi ini sepertinya tidak utuh lagi. Bagian candi yang masih tampak kokoh ada di puncak bukit. Terdapat empat bangunan candi, yaitu satu candi utama dan tiga candi yang lebih kecil. 


Gua Pindul berada di Dusun Gelaran, Desa Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo, Kabupaten Gunungkidul.  Jika ingin berwisata di tempat ini, sebaiknya datanglah berombongan bersama keluarga atau teman. Sebab, paket wisata yang ditawarkan adalah menyusuri sungai dalam gua yang menyerupai terowongan ini secara massal. Selain Gua Pindul, di kawasan ini juga terdapat sejumlah paket wisata lainnya. Di antaranya, rafting Sungai Oyo, Gua Baru, Gua Sriti, Gua Glatik, dan kolam renang. 


Selain gudeg, salah satu kuliner khas Yogyakarta adalah wedang uwuh. Minuman yang disajikan saat panas atau hangat dan berbahan herbal ini dipercaya kaya khasiat. Uniknya, dalam bahasa Jawa, wedang berarti minuman hangat, sedangkan uwuh berarti sampah. Maklum, bahan-bahan untuk meracik minuman ini menyerupai sampah organik seperti daun-daun dan biji-bijian kering. Awalnya, bahan-bahan wedang uwuh dijual utuh berupa rempah-rempah. Namun, kini bahan wedang uwuh juga dijual dalam bentuk instan. Banyak pusat oleh-oleh di Yogyakarta yang menjual wedang uwuh. Salah satunya adalah Mirota Batik di kawasan Jalan Malioboro. (*)

You Might Also Like

6 comments

  1. Asyiknya bisa jalan-jalan...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah, Mas.

      Terima kasih sudah mampir.

      Delete
  2. Perlu dicoba tuh jalanjalan kesitu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Silakan, Mas Yoas. Kalau perlu info lebih detail, bisa klik link di judul destinasi.

      Selamat berlibur :-)

      Delete
  3. Bagus-bagus ya lokasinya. Butuhwaktu berapa hari buat yang di Jogja itu?

    ReplyDelete
    Replies
    1. 4 hari 3 malam, bisa Pak. Kalau mau ke Jogja, bilang yaa

      Delete